Tradisi genduren atau kenduri masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Sebagai warisan budaya yang kental dengan nuansa adat Jawa dan nilai-nilai Islam, genduren rutin dilaksanakan oleh warga desa dalam berbagai kesempatan, seperti memperingati hari besar keagamaan, acara syukuran, maupun momen penting lainnya.

Acara genduren biasanya dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh desa. Doa tersebut ditujukan untuk memohon keberkahan, keselamatan, dan rasa syukur kepada Allah SWT. Para warga duduk bersila secara rapi, dengan berbagai hidangan tradisional yang disajikan, seperti nasi tumpeng, jajanan pasar, dan lauk pauk khas desa.

Kepala Desa Jajar menyampaikan bahwa tradisi ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi wujud kebersamaan dan gotong royong masyarakat. “Melalui genduren, kita tidak hanya melestarikan budaya leluhur, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga,” ujarnya.

Selain itu, tradisi genduren di Desa Jajar juga mencerminkan perpaduan harmoni antara adat Jawa yang sarat makna filosofis dan nilai-nilai Islam yang religius. Kehangatan dan kebersamaan yang tercipta dalam acara ini menjadi salah satu faktor utama mengapa tradisi ini tetap hidup di tengah modernisasi.

Masyarakat Desa Jajar berkomitmen untuk terus menjaga genduren sebagai identitas budaya lokal, menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari sekaligus sarana untuk memupuk nilai-nilai keagamaan dan sosial di tengah masyarakat.

***